Gereja Katolik dan Kegiatannya

Gereja Katolik dan Kegiatannya

Yesus hidup dan berkarya dengan daya kekuatan Allah. Ia memperjuangkan Kerajaan Allah. Ia juga memperjuangkan kesejahteraan dan keselamatan manusia, tetapi selalu sebagai karya Allah. Dasar pewartaan Kerajaan Allah adalah kesatuan Yesus dengan Allah secara pribadi. Konsili Vatikan II berkata, “Seperti Kristus berkeliling ke semua kota dan desa sambil melenyapkan segala penyakit dan kelemahan, sebagai tanda kedatangan Kerajaan Allah, begitu juga Gereja berhubungan dengan orang mana pun, terutama dengan mereka yang miskin dan tertimpa kemalangan” (AG 12).

Itu berarti Gereja pun hanya dapat menjalankan tugas perutusan ini karena kesatuan dengan Allah dalam Kristus. Memang “Gereja menerima perutusan mewartakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan Allah, dan mendirikannya di tengah semua bangsa” (LG 5). Ini bukan soal kuasa atau organisasi, melainkan soal iman. Dalam segala kegiatannya menyumbang pada pembangunan dunia dan masyarakat, Gereja selalu terarah kepada Allah sebagai tujuan hidupnya.

“Sementara membantu dunia dan menerima banyak dari padanya, Gereja mempunyai satu tujuan saja, yakni supaya Kerajaan Allah datang dan terwujudlah keselamatan segenap bangsa manusia” (GS 45). “Tujuan umat Kristen adalah Kerajaan Allah, yang oleh Allah sendiri telah dimulai di dunia, untuk selanjutnya disebarluaskan, dan pada akhir zaman diselesaikan oleh-Nya juga” (LG 9).

Berpangkal pada kesatuan dengan Kristus dalam pengharapan-Nya akan kedatangan Kerajaan, Gereja berusaha mewujudnyatakan sikap dan semangat Kristus dalam pelayanannya kepada dunia. Hal ini tidak berarti bahwa kegiatan orang Kristen di dalam dunia hanyalah sarana dan kesempatan membuat amal dan menaati perintah Kristus. Gereja sungguh terlibat dalam perjuangan masyarakat. Ini bukan pura-pura. Konsili menyatakan, “Sungguhpun kemajuan duniawi harus dengan cermat dibedakan dari pertumbuhan Kerajaan Kristus, tetapi kemajuan ini sangat penting bagi Kerajaan Allah, sejauh dapat membantu untuk mengatur masyarakat manusia secara lebih baik” (GS 39).

Sebab “barangsiapa patuh taat kepada Kristus dan pertama-tama mencari Kerajaan Allah, akan menimba dari padanya cinta kasih yang lebih kuat dan lebih jernih guna membantu semua saudaranya, dan terdorong oleh semangat cinta kasih melaksanakan karya keadilan” (GS 72). Karena itu Konsili berani berkata, bahwa khususnya “kaum awam mencari Kerajaan Allah dengan mengurusi hal-hal yang fana dan mengaturnya seturut kehendak Allah” (LG 31). “Di mana-mana dan dalam segalanya kaum awam harus mencari keadilan Kerajaan Allah” (AA 7).

Kerajaan Allah tidak hanya diwartakan dan dilaksanakan oleh Yesus, tetapi sudah hadir dalam diri-Nya dan dalam semua orang yang menerima-Nya. “Di dunia ini Kerajaan itu sudah hadir dalam misteri, tetapi akan mencapai kepenuhannya bila Tuhan datang” (GS 39). Ini tidak hanya berlaku untuk Yesus dan pewartaan-Nya, tetapi juga untuk Gereja yang “merupakan benih dan awal mula Kerajaan itu di dunia.” Sama seperti pada zaman Yesus, “Gereja pun lambat laun berkembang, mendambakan Kerajaan yang sempurna, dan dengan sekuat tenaga berharap dan menginginkan agar kelak dipersatukan dengan Rajanya dalam kemuliaan” (LG 5). Sekarang ini Gereja tetap berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu”. Gereja meneruskan pewartaan dan karya Kristus, dengan semangat Kristus pula, yakni dengan iman dan bela rasa mendambakan kedatangan Allah dalam kemuliaan.

Sama seperti pada zaman Yesus, Kerajaan Allah sekarang juga harus dimengerti dan dihayati dalam kerangka kehidupan masyarakat yang sedang berjuang mati-matian mencapai taraf kehidupan yang wajar dan pantas. Kerajaan Allah bukan teori, melainkan jawaban Allah atas seruan orang yang mengangkat tangan kepada-Nya. Maka, bukan hanya pada zaman Yesus, melainkan juga sekarang ini Kerajaan Allah harus dimengerti pertama-tama dari perjuangan kaum miskin.

Pewartaan Jesus ditandai oleh iman dan belarasa yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. Dalam kepercayaan bahwa telah diterima oleh Allah, dalam Anak-Nya Yesus Kristus, Gereja sadar akan kewajibannya untuk saling menerima sebagai saudara. Apa yang diterima sebagai anugerah dari Allah, harus diwujudkan dalam kehidupan bersama. Sebagaimana rahmat Allah baru akan tampak dalam kepenuhannya pada akhir zaman, begitu juga kasih antarmanusia.

Di dunia ini kita tidak hanya “jauh dari Tuhan” (2Kor 5:6), tetapi sering juga jauh dari sesama. Namun, karena rahmat Allah, di antara manusia sekarang ini Kerajaan Allah sudah mulai menjadi kenyataan. Oleh pewartaan Kerajaan, umat manusia senantiasa dikonfrontasikan dengan makna dan tujuan hidupnya sendiri. Dengan menolak tawaran Allah, manusia menolak pula kesejahteraannya sendiri. Sebaliknya, memperjuangkan kesejahteraan itu tanpa Allah dan tanpa iman berarti memaksakan ideologinya sendiri kepada yang lain.

Dasar saling menerima adalah kesadaran bahwa manusia telah diterima oleh Allah pada taraf yang lebih mendalam daripada pembangunan dan perkembangan. Di pihak lain, dengan membangun kesatuan berdasarkan iman dan bela rasa, manusia meletakkan dasar guna membuka diri menuju keterbukaan terhadap bela rasa. Allah yang mengatasi segala pikiran dan ukuran manusia. Kerajaan Allah tidak sama dengan Gereja dan juga tidak sama dengan masyarakat adil dan makmur.

Tetapi di dalam Gereja terungkap rahmat Kerajaan yang perwujudannya adalah masyarakat yang damai sejarahtera. Kerajaan Allah adalah Allah yang berkarya. Dunia ini tempat karya Allah mendapat bentuk yang nyata. Dalam rangka itu Gereja diberi tugas dan wewenang menjadi pewarta Kerajaan, yang datang dan diwahyukan dalam Tuhan Yesus Kristus.

Berikut ini Artikel Mengenai Gereja Katolik dan Kegiatannya yang dapat Anda baca:

  1. Aku Percaya akan Gereja
  2. Perjalanan Hidup Gereja
  3. Pengertian Gereja dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja
Previous Post Next Post